Setiap komunitas masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari di pastikan menghasilkan sampah baik dalam proses
produksi maupun dalam proses konsumsinya. Menjadi persoalan karena komunitas
masyarakat penghasil sampah tersebut mayoritas tidak mengelola sendiri sampah
yang mereka hasilkan. Sampah-sampah produksi dari komunitas tersebut
pada akhirnya dikumpulkan sacara masa untuk kemudian dibuang di TPS kemudian
TPA.
Jadi penanganan masalah sampah yang ada
selama ini sekedar memindahkan persoalan dari lingkungan-komunitas penghasil
sampah ke lingkungan lain. Persoalan ini memunculkan berbagai efek dan persoalan baru
di tempat pembuangan yang baru tesebut, yaitu munculnya pencemaran di areal
pembuangan sampah yang baru. Disamping itu untuk meningkatkan produksi
pertanian, pupuk sintensis dan pestisida kimia digumakan sebagai komponen utama. Namun, penggunaan 2
komponen tersebut bukanlah tanpa masalah bisa membuat kualitas tanah beserta
ekosistemnya menurun. Pangkal persoalannya tentu karena kandungan kimia
yang terkandung pada penyubur tanah dan tanaman tersebut.
Penggunaan pestisida sintetis secara
berlebihan menyebabkan punahnya beberapa serangga penyerbuk tanaman sehingga
produksi pertanian tidak optimal. Kondisi ini bisa disiasati dengan menggunakan
pupuk dan pestisida sintentis, tetapi ongkos penggunaan kedua medium tersebut
cukup mahal. Selain itu, tanah disawah/lahan kebun menjadi kering akibat penggunaan ououk sintetis
yang digunakan secara berlebihan. Bercermin dari persoalan tersebut, maka dikembangkan
teknologi Bio-Qita yang menggunakan mikroba guna membantu peningkatan kapasitas
produksi petani serta menjaga kelestarian lahan. Fungsi mikroba lokal yang digunakan
membantu pertumbuhan tanaman dan kesehatan ekosistem, Mikroba itu juga berfungsi melarutkan unsur hara makro dan
mikro tanah. Mikroba yang digunakan
adalah bukan mikroba dari luar negeri. Dikhawatirkan mikroba asing dapat merusak ekosistem
lokal lantaran karakter fisiologisnya berbeda dengan mikro lokal.
Bio-Qita merupakan teknologi berbasis
pemanfaatan mikro organisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian, menurunkan toksitas
limbah beracun dan meningkatkan kesehatan tanaman. Bio-Qita merupakan teknologi yang
menjadikan pupuk organik sebagai pupuk penyubur tanaman. Teknologi yang digunakan dalam
memperbanyak mikroba ini adalah fermentor dan teknologi inokulasi mikroba. Mikroba lokal
merupakan mikroba yang telah diketahui validitas jenisnya dan disimpan didalam
kultur koleksi, seperti Azospirillum, Azotobactel, Rhizobium, Mikroriza dan mikroba tanah
yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk kesehatan tanaman, semisal
Bacillus. Mikroba itu diproduksi menggunakan medium khusus sesuai denagn
karakter fisiologinya.
Tahapan Pembuatan
- Persiapkan tempat yang terhindar dari matahari
langsung.
- Buat larutan Bacillus dengan perbandingan 3 liter
air ditambah 1 liter Bioqita
Cara Pembuatan
- Rebus sampai mendidih dan aduk limbah supaya tidak
menggumpal atau jika ada sisa-sisa pakan dan limbah lainnya agar
tercampur.
- Tiriskan atau semprot larutan Bio-Qita sambil diaduk
sedikit demi sedikit sampai betul-betul rata.
- Pemberian larutan Bio-Qita dihentikan bila adonan diatas
sudah cukup baik/merata dengan ciri tidak ada lelehan air jika adonan
dikepal dengan tangan.
- Tutup rapat dengan alat penutup, agar tidak kena
sinar matahari langsung.
- Setelah 3 hari adonan dibongkar dan diaduk-aduk
sambil ditambahkan lagi larutan pupuk organik cair Bio-Qita sampai mencukupi (sama seperti di
atas). Hal yang sama dilakukan sampai umur 2 minggu
- Setelah tenggang waktu 2 minggu ditutup kembali dan
ditunggu sampai umur 3 minggu.
- Umur 3 minggu siap dibongkar kembali sambil diaduk
dan dianginkan dan diberi kapur secara merata untuk selanjutnya pupuk
siap digunakan.
Hasil Pengujian di lapangan
1.
Tanaman
Cabe: cabe lebih tebal, biaya lebih murah
2.
Tanaman Loncang
: Akar lebih panjang dan tunas lebih banyak, biaya murah
3.
Tanaman
lobak : Cepat subur dan panen, bobot lebih besar, biaya murah
4.
Tanaman
buncis: Panen umur 43 hari, lebih panjang, biaya lebih murah 50%
5.
Sawi, kol,
terung: menguntungkan dan murah ongkos produksinya dalam lahan terbatas
No comments:
Post a Comment