google.com, pub-5491574035592832, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Breaking News

Tuesday, January 25, 2022

Teknologi Seleksi Induk Ikan Nila Nirwana

INDUK NILA

PENCETAKAN IKAN NILA NIRWANA 2 (NILA RAS WANAYASA KEDUA)

Setelah berhasil merilis Ikan Nila Nirwana pada Tahun 2006, Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa terus menerus melakukan pemuliaan Ikan Nila Nirwana dan telah bergabung dalam Jejaring Pemuliaan Ikan pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sebagai bentuk tanggungjawab serta kepedulian dalam penyediaan induk unggul ikan nila.

Berdasarkan data pengujian genetic gain yang telah dilakukan (F4, F5, F6), performa ikan tersebut menunjukan laju peningkatan yang cukup baik dengan hasil ditunjukan pada table dibawah ini:


Hasil uji genetic gain F4, F5 dan F6 menunjukan terdapat perbaikan/peningkatan kualitas genetic ikan Nila Nirwana F6 terhadap F4 dalam segi bobotnya. Yaitu sebesar 15,08% dan dengan ditunjang ketersediaan induk/calon induk yang ada pada saat ini di BPBIAT Wanayasa serta dalam rangka pencapaian target Industrialisasi Perikanan, maka pada tahun 2011 BPBIAT Wanayasa telah berhasil merilis “IKAN NILA NIRWANA 2”.

Program seleksi yang dilaksanakan adalah metode Seleksi Famili (Gambar 1), mengacu pada Protokol P.02 Pemuliaan Ikan Nila yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIINN) Tahun 2010.


Tahapan kegiatan untuk setiap generasi dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut:

1.       Menyiapkan sejumlah 30 Famili dari koleksi yang ada.

2.       Mengkondisikan induk Ikan Nila Nirwana yang akan diseleksi agar dapat memijah secara bersamaan.

3.       Memijahkan sebanyak 5 pasang induk untuk masing-masing famili hasil persilangan yang baru.

4.       Mengamati secara periodic untuk menandai pasangan-pasangan yang memijah.

5.       Benih ikan dari pasangan setiap famili yang memijah pada hari yang sama digabung dan diambil secara acak sebanyak 500 ekor untuk dipelihara lebih lanjut.

6.       Pendederan benih ikan dilakukan dalam hapa berukuran 5 x 2 x 1,5 m2 di kolam sampai dapat dibedakan antara jantan dan betina secara morfologis (umur 4 bulan).

7.       Kelompok Ikan Nila Nirwana jantan dan kelompok Ikan Nila Nirwana betina ditimbang dan diukur (panjang baku, tinggi badan dan panjang kepala) satu persatu.

8.       Kemudian dipilih 20 ekor betina terbesar dan 20 ekor jantan terbesar dan selanjutnya ditaging serta dilakukan pencatatan.

9.       Setiap famili hasil seleksi dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina sampai siap dipijahkan untuk pelaksanaan seleksi generasi berikutnya.

 

Upaya lebih lanjut dari kegiatan pemuliaan Ikan Nila Nirwana 2 adalah pemanfaatan hasil kegiatan yang berupa benih calon induk dan calon induk unggul yang selanjutnya akan didistribusikan kepada petani/UPR.


PUSAT PENGEMBANGAN NILA NIRWANA (PPNN) WANAYASA

Pusat Pengembangan Nila Nirwana (PPNN) Wanayasa terbentuk pada 06 Juni 2011, merupakan sub organisasi yang berada dibawah UPTD Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat yang bergerak dalam produksi benih calon induk dan calon induk Ikan Nila Nirwana.

Pada tanggal 30 Desember 2011 Pusat Pengembangan Nila Nirwana (PPNN) Wanayasa lulus sertifikasi SNI ISO 9001:2008 mengenai manajemen mutu, yang dikeluarkan oleh LSSM AQSys dengan Nomor : AQSys-001-2011.


Read more ...

Tuesday, January 18, 2022

Proses Pengelolaan Dan Seleksi Nila Nirwana

 

Seleksi Nila Nirwana

      I.     PENDAHULUAN

Ikan Nila di Jawa Barat merupakan Ikan introduksi yang datang pertama kali dari Taiwan pada Tahun 1969 (Hardjamulia & Djajadiredja 1977). Tahun 1975 didatangkan Nila Hibrid (hasil silangan T. Nilotoca dan T. Mossambica) dari Taiwan. Nila merah muncul pada tahun 1981 yang diintroduksi dari Filipina. Kemudian pada tahun 1988 – 1989 didatangkan parent stock ikan nila Chitralada dari Thailand, namun tidak berkembang. Ikan nila GIFT merupakan varietasbaru dari jenis ikan nila yang dikembangkan di Filipina. Ikan Nila GIFT merupakan varietas baru dari jenis ikan nila yag dikembangkan di Filipina. Ikan Nila GIFT tersebut diintroduksi  dari Filipina pada Tahun 1995 dan 1997. Pada Tahun 2002, BPBI Wanayasa memperoleh famili ikan nila GET (Genetically Enhanched of Tilapia). Ikan nila GET tersebut diintroduksi dari Filipina oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui BFAR.

Sejak pertama kali didatangkan, sejak itu pula budidaya ikan nila dimulai. Kemampuan ikan nila dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya menjadikan ikan ini mudah menyebar dan menjadi primadona dalam dunia budidaya perairan, khususnya perairan tawar. Penyebaran ikan nila yang sangat cepat didukung dengan kecepatannya bereproduksi menjadikan perkembangan ikan ini tidak terkontrol. Dampak negatifnya adalah banyak terjadi silang dalam, yang berakibat pada menurunnya kualitas genetik ikan, selanjutnya akan menyebabkan turunnya performa ikan tersebut, baik pertumbuhan, daya tahan terhadap penyakit, maupun kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya.

Untuk mengatasi penurunan kualitas genetik ikan nila tersebut, Ariyanto (2004) menyatakan salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah melaksanakan program pemuliaan dengan sasaran akhir mendapatkan induk ikan nila unggul. Keunggulan tersebut diharapkan dapat diwariskan pada keturunannya, sehingga menghasilkan benih unggul. Salah satu alternatif program pemuliaan dalam menghasilkan induk unggul adalah melalui program penangkaran selektif.

 

    II.     IKAN NILA NIRWANA (NILA RAS WANAYASA)

Upaya-upaya mendasar yang mengarah kepada penangkaran selektif ikan nila telah dimulai oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Wanayasa dengan mengoleksi 18 famili ikan nila GIFT generasi ke-6 dan 24 famili ikan nila GET dari Filipina. Selanjutnya pada Tahun 2003, BPBI Wanayasa melakukan kerjasama dengan para pakar perikanan dari Tim ahli Tilapia Broodstock Centre, untuk menyusun dan melaksanakan program pengelolaan dan seleksi ikan nila tersebut dengan tujuannya untuk mempertahankan atau bahkan memperbaiki kualitasnya.

Sumber genetik kegiatan seleksi adalah GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) dan GET (Genetically Enhanched Tilapia). Saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 tahun, BPBI Wanayasa telah mendapatkan induk sejenis (Great Grand Parent Stock/GGPS), yang selanjutnya diberi nama Nirwana (Nila Ras Wanayasa) yang penyediaan dan diseminasinya diawasai oleh pemerintah.

Kegiatan seleksi dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan seleksi famili dimulai pada minggu ke-3 bulan Juli Tahun 2003 dan masih berlangsung sampai dengan saat ini.

 

  III.     PROSEDUR PELAKSANAAN SELEKSI DAN HASIL YANG DICAPAI

Program penangkaran selektif yang dilaksanakan adalah “Seleksi Famili” (gambar 1), mengacu pada SPO pemuliaan ikan nila yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIIN) Tahun 2004 yang dimodofikasi sesuai dengan kondisi lapangan.


Tahapan kegiatan untuk setiap generasi dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut:

1.         Menyiapkan sejumlah famili dari koleksi yang ada.

2.         Mengkondisikan induk ikan nila yang akan diseleksi agar dapat memijah secara bersamaan.

3.         Memijahkan sebanyak 5 pasang induk untuk masing-masing famili hasil persilangan yang baru.

4.         Mengamati secara periodik untuk menandai pasangan-pasangan yang memijah.

5.         Benih ikan dari pasangan masing-masing famili yang memijah pada hari yang sama digabung dan diambil secara acak sebanyak 500 ekor untuk dipelihara lebih lanjut.

6.         Pendederan benih ikan dilakukan dalam hapa berukuran 5 x 2 x 1,5 m3 di kolam sampai dapat dibedakan antara jantan dan betina secara morfologis (umur 4 bulan).

7.         Kelompok ikan nila jantan dan betina ditimbang dan diukur (panjang baku, tinggi badan dan panjang kepala) satu persatu.

8.         Kemudian dipilih 10 ekor betina terbesar dan 10 ekor jantan terbesar dan selanjutnya ditaging serta dilakukan pencatatan.

9.         Setiap famili hasil seleksi dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina sampai siap dipijahkan untuk membentuk genersai berikutnya.

Hingga saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 tahun, telah didapatkan tiga generasi induk (F1, F2 dan F3). Dengan rincian jumlah famili:

-          F1 menghasilkan 33 famili

-          F2 menghasilkan 34 famili

-          F3 menghasilkan 44 famili

 

      I.     RENCANA PENGEMBANGAN DAN PRODUKSI

A.      Rencana Pengembangan

Melanjutkan kembali kegiatan seleksi hingga dapat menghasilkan Induk Ikan Nila Nirwana generasi selanjutnya.

B.      Rencana Produksi

Memperbanyak dan mendistribusikan turunan Induk Ikan Nila Nirwana kepada Petani/UPR.






Read more ...

Tuesday, January 11, 2022

Perbanyakan Induk Ikan Nila Nirwana

 

INDUK IKAN NILA

1.    TUJUAN

Untuk memperbanyak calon induk ikan nila Nirwana unggul dari induk hasil pemuliaan.

 

2.    METODE

Metode produksi induk yang dilaksanakan mengacu pada Protokol P.07 Perbanyakan Calon Induk Ikan Nila yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIIN) Tahun 2010.

 

PERBANYAKAN INDUK NILA
Diagram Alir Prosedur Perbanyakan Calon Induk Ikan Nila

3.    PROSEDUR PERBANYAKAN INDUK

a.    Persyaratan Kualitas Air

·      Oksigen terlarut : 4 – 5 mg/liter

·      pH : 6,5 – 8,5

·      Suhu : 24 – 30C

·      Alkalinitas : > 50 mg/liter CaCO3

·      Ammonia : < 0,1 mg/liter

·      NO2-N : <0,001 mg/liter

 

b.    Kolam

·      Luas kolam minimal : 300 – 500 m2

·      Kedalaman air : 75 – 100 cm

·      Debit : 0,5 – 1 liter/detik

 

c.     Alat dan Bahan

·      Alat

  •   Happa berukuran 1 x 1 x 1 m2 ; mata jaring 1 mm2
  •   Happa penampungan larva 2 x 2 x 1 m2 ; mata jaring 1 mm2
  •   Kantong jaring penampungan induk sementara
  •   Alat grading diameter lubang 2 mm atau waring bermata jaring 4 mm
  •   Happa hitam penampungan sementara hasil panen benih 4 x 2 x 1 m2 ; mata jaring 2 mm
  •   Ember plastik volume 40 liter dan 10 liter
  •   Lambit diameter 30 cm
  •   Serok (scoop net)

·      Bahan

  •   Induk ikan nila hasil pemuliaan/induk unggul populasi awal min. 400 ekor betina dan 250 ekor jantan
  •   Pakan, pellet protein 28 – 30%
  •   Kapur pertanian (25 – 50 gr/m2 pupuk organik (250 – 500 gr/m2)
  •   Garam dapur 5 mg/liter

 

d.    Prosedur Kerja

·      Pematangan Gonad

  •   Mengisi kolam dengan air yang disaring menggunakan happa saringan
  •   Menebarkan induk jantan dan betina secara terpisah pada wadah pematangan yang berbeda, dengan kepadatan 1 – 3 ekor/m2
  •   Dosis pemberian pakan sebanyak 2 – 3% dari biomassa ikan/hari
  •   Lama pematangan gonad 15 – 30 hari

·      Pemilihan Induk Betina Matang Gonad

  •   Induk dipilih satu persatu yang matang gonad dengan mengamati keadaan perut dan urogenitalnya
  •   Induk betina yang matang gonad berwarna merah, posisinya tegak ditandai dengan perut yang membesar dan urogenital berwarna kemerahan

·      Pemijahan

  •   Mengisi koam dengan air yang disaring menggunakan happa saringan sampai penuh
  •   Menebar induk betina kedalam wadah pemijahan dan 5 – 7 hari kemudian menebar induk jantannya. Hal ini dilakukan agar induk betina dapat beradaptasi dengan lingkungannya terlebih dahulu sebelum memijah
  •   Jumlah induk yang dipijahkan yaitu minimal 200 ekor jantan dan 250 ekor betina
  •   Memberi pakan sebanyak 2 – 3 % bobot biomassa selama pemeliharaan
  •   Mengamati kemunculan larva berenang di permukaan setiap hari, sejak hari ke 10 setelah pencampuran induk jantan dan betina

·      Panen Larva

  •   Menyiapkan peralatan seperti scoop net, lambi, hapa, ember plastik dll
  •   Pemanenan dilakukan pada hari ke 12 atau 14 setelah pencampuran induk jantan dan betina
  •   Memungut larva dengan cara menyerok gerombolan larva kemudian dimasukan ke hapa penampungan sementara sebelum dimasukan kedalam kolam pendederan
  •   Memindahkan induk jantan dan betina kedalam wadah penampungan induk
  •   Memasukan larva kedalam hapa penampungan sementara sebelum dimasukan ke kolam pendederan
  •   Selama penampungan dalam ember dan pengangkutan larva menggunakan ember 10 liter, air media berisi larutan 5 mg/liter garam
  •   Menghitung jumlah larva yang dipanen

 

4.    PENDEDERAN

Prosedur:

·      Mempersiapkan kolam untuk pendederan dengan cara memperbaiki kondisi kolam (dasar dan pematang), pengapuran dan pemupukan dasar

·      Mengairi kolam yang telah diberi hapa penyaring ukuran 1 x 1 x 1 m hingga ketinggian 70 – 100 cm

·      Menebarkan larva sebanyak 100 ekor/m2 pada PI, 50 ekor/m2 pada PII dan 25 ekor/m2 pada PIII

·      Memberikan pakan dengan dosis 20% bobot biomas/hari pada bulan pertama, selanjutnya menurun sesuai dengan ukuran ikan masing-masing 10% pada bulan kedua, 5% pada bulan ketiga

·      Selama proses pendederan, debit air ditingkatkan secara gradual mulai nol pada minggu pertama kemudian dinaikan sedikit demi sedikit sampai maksimal 0.5 liter/detik seiring bertambah besarnya ukuran ikan

·      Pemupukan susulan diberikan setiap minggu berupa pupuk organik (dosis 100 – 200 gr/m2)

 

5.    PEMBESARAN

Prosedur Persiapan di Kolam

·      Mempersiapkan kolam dengan memperbaiki dasar dan pematang supaya kedap air serta menempatkan hapa penyaring 1 x 1 x 1 m3 di saluran air masuk kolam untuk menghindari masuknya sampah dan ikan liar.

·      Mengairi kolam hingga ketinggian 70 – 100 cm.

·      Selama pembesaran, debit air yang masuk ke kolam dipertahankan sebesar 1 liter/detik.

·      Persiapan di KJA (memeriksa jaring, memasang jaring dan memasang pemberat jaring).

·      Penebaran ikan di kolam, menebarkan benih dengan kepadatan 3 – 5 ekor/m2.

·      Penebaran di KJA: menebarkan benih dengan kepadatan 25 ekor/m3.

·      Memberikan pakan dengan dosis 5% dari bobot biomassa per hari untuk tahap pertama, 3 – 4% bobot biomassa per hari untuk tahap kedua, frekuensi pemberian pakan adalah 3 kali.

·      Memelihara benih selama 120 hari (4 bulan) dengan dua tahap pemeliharaan.

·      Tahap pertama untuk memelihara benih hingga mencapai ukuran 75 – 100 gram.

·      Identifikasi kelamin dan memisahkan menjadi populasi jantan dan betina.

·      Seleksi ukuran, memilih ukuran terbesar pada setiap subpopulasi jumlah ikan yang terseleksi maksimal 50% dari populasi akhir.

·      Pemeliharaan tahap kedua selama dua bulan untuk menghasilkan induk ukuran 200 gram induk betina dan 250 gram induk jantan.

 

6.    PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN SELEKSI DAN POLA DISTRIBUSI

Upaya lebih lanjut dari kegiatan seleksi famili adalah pemanfaatan hasil kegiatan yang berupa benih unggul terseleksi. Benih dan induk hasil kegiatan seleksi selanjutnya akan didistribusikan kepada petani/UPR.

Read more ...

Monday, December 27, 2021

Pembenihan Ikan Nila Nirwana

 

PEMBENIHAN IKAN NILA NIRWANA

1.    SISTEMATIKA IKAN NILA HITAM

Phillum           : Chordata

Subphillum   : Vetebrata

Kelas               : Pisces

Sub kelas       : Aconthoterigii

Suku               : Cichlidae

Marga             : Oreochromis

Species          : Oreochromis niloticus


Ciri-ciri:

Badan memanjang, bentuk tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatif kecil, garis linealateralis terputus dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus D.XVU.12; C.V.1.5; P.12 dan A.III.9

Banyak ditemukan di perairan tenang seperti danau, rawa dan waduk, dapat hidup pada salinitas 0 – 29 permil, suhu 14 – 38 0C dan pH 5 – 11

Pemakan segala (omnivora), sangat menyenangi pakan alami Rotifera, Daphnia Sp, Moina Sp, Benthos dan Fitoplankton. Bisa diberi pakan tambahan berupa pellet, dedek halus dan lain-lain.

Memijah sepanjang tahun dan mulai memijah umur 6 – 8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200 – 400 gram dapat menghasilkan anak 400 – 500 ekor.

 

2.    INDUK IKAN NILA NIRWANA

Perbedaan Jantan dan Betina

a.       Jantan:

Warna tubuh cerah dan memiliki satu buah lubang kelamin, yang bentuknya memanjang dan berfungsi sebagai tempat keluarnya sprema dan air seni. Warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin.

b.      Betina:

Warna tubuh agak pucat dan memiliki dua buah lubang kelamin, lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit berfungsi sebagai tempat keluarnya telur. Lubang kedua berada di belakangnya, bentuknya bulat berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni.

Berikut ini adalah gambar jenis kelamin induk Ikan Nila jantan dan betina:


Perbedaan Jenis Kelamin Ikan Nila
Perbedaan Jenis Kelamin Induk Ikan Nila Jantan dan Betina

 

3.    PEMBENIHAN IKAN NILA NIRWANA

Pembenihan ikan nila Nirwana dapat dilakukan pada kolam tanah dengan konstruksi kemiringan dasar kolam dibuat masing-masing 2 – 5 % atau pada bak semen/happa.

 

kolam hapa

a.       Pada Kolam Tanah

·   Persiapan kolam meliputi perataan tanah dasar kolam dan pemupukan dengan pupuk kandang 250 – 500 gram/m2

·   Pemijahan di kolam tanah seluas 500 m2, kedalaman air 60 – 100 cm

·   Induk jantan dan betina dimasukkan bersama dengan padat tebar 1 ekor/m2. Perbandingan jantan dan betina 1:3

·   Selama pemijahan induk diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 1-2 %/hari dari berat total ikan

·   Panen larva dilakukan dengan cara menangkap larva menggunakan sair halus atau sirib secara langsung di permukaan air kolam, terutama larva yang sedang bergerombol diasuh induknya. Pemungutan larva seperti ini bisa dilakukan setiap hari dan setelah terkumpul langsung ditebarkan ke kolam pendederan I yang telah disiapkan 4 – 5 hari sebelumnya

·   Agar ukuran larva seragam pada saat pendederan, maka pemungutan larva per tiga hari dikumpulkan dalam satu wadah/kolam penampungan/pendederan yang sama

·   Induk dipijahkan selama 45 hari, kemudian lakukan conditioning dengan memisahkan induk ikan jantan dan betina selama 30 hari

·   Umur induk aktif adalah dua tahun semenjak matang gonad pertama

 

b.      Pada Bak Semen/Happa

·   Pemijahan dilakukan dalam bak semen/happa ukuran/luas 24 – 48 m2, kedalaman air 60 – 80 cm

·   Induk ditebar bersama-sama dengan kepadatan 3 – 5 ekor/m2, perbandingan jantan dan betina 1:3

·   Biasanya pembenihan dalam bak/happa secara intensif yang dipanen bukan larva tetapi masih dalam bentuk telur. Pengambilan telur yang sedang dierami dalam mulut dilakukan setiap 10 hari sekali. Telur yang dipanen ada yang berupa telur utuh, sudah bermata, bermata dan berekor, larva sempurna. Setiap fasenya ditampung dalam wadah yang berbeda

·   Telur dietaskan dalam corong penetasan yang terbuat dari fiberglass, kain trilin atau corong plastik. Ke dalam corong penetasan diberi aliran air agar telur bergerak

·   Telur menetas antara 3 – 7 hari. Telur yang tidak menetas berwarna putih dan harus dibuang setiap hari dengan cara disipon

·   Dua hari setelah menetas larva dipindahkan ke dalam bak tembok atau happa ukuran 2 x 1 x 0,5 m yang dipasang secara berderet dengan kedalaman air 60 cm. Untuk ukuran bak/happa seperti itu bisa ditebar larva sebanyak 2.000 – 4.000 ekor dan dipelihara selama 25 – 30 hari

 

reproduksi ikan nila
Kriteria Kuantitatif Standara Reproduksi Induk Ikan Nila


4.    PENDEDERAN IKAN NILA NIRWANA

Pendederan ikan nila Nirwana dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pendederan I, II, III dan IV. Tempat pendederan di kolam atau di bak dengan perlakuan:

·      Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kamalir

·      Kolam dikaour dengan kapur tohor dan dipupuk dengan pupuk organik

·      Larva ditebar pada pagi hari dan diberi pakan tambahan setiap hari selama pendederan berlangsung

Berikut adalah tabel standar produksi berbagai ukuran ikan

Pakan Ikan Nila
Standar Produksi Kebul, Gabar, Belo dan Sangkal Ikan Nila di Bak dan Kolam

Read more ...

Tuesday, July 24, 2018

Cara Ternak Lele Di Kolam Terpal Secara Intensif

ternak lele


Dalam pembasahan kali ini, sahabat petani akan memaparkan Cara Ternak Lele Di Kolam Terpal Secara Intensif. Kegiatan pembesaran lele di kolam terpal hampir sama dengan di kolam semen, baca juga Teknik Pembesaran Lele Secara Intensif Di Lahan SempitSecara umum kegiatan pembesaran lele di kolam terpal adalah sebagai berikut.

Persiapan Kolam Terpal

  1. Pencucian dinding dan dasar kolam terpal. Caranya dengan menggosok dinding dan dasar terpal menggunkan gabus busa.
  2. Pengeringan dasar kolam terpal. Tujuannya untuk membasmi hama dan penyakit ikan.
  3. Pemupukan kolam. Tujuannya untuk menumbuhkan dan menyediakan pakan alami untuk benih lele. Pupuk yang digunakan pupuk kandang yaitu kotoran ayam atau puyuh dengan dosis 250-500 gram/m2. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara dionggokkan di kolam menggunakan karung.
  4. Pengisian air kolam. Menghidupkan pompa air atau pompa diesel. Pengisian air kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 40-50 cm dan dibiarkan selama 5-7 hari agar ditumbuhi pakan alami untuk pakan benih lele.

Penebaran Benih

Penebaran benih lele dilakukan secara hati-hati agar lele tidak stres. Padat penebaran benih lele di kolam terpal yaitu antara 150-200 ekor/m3 air.

Pemberian Pakan

Tahapan dan metode pemberian pakan di kolam terpal sama dengan di kolam semen. Pakan awal benih lele di kolam yaitu pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%. selanjutnya lele diberi pakan pelet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein minimal 38%. Setelah ukuran benih lele agak besar sampai panen, pemberian pakan dilanjutkan berupa pelet berbentuk butiran dengan kandungan protein minimal 31%. Metode pemberian pakan pada pembesaran lele secara intensif yaitu metode ad-libithium. Pemberian pakan yang diberikan secara bertahap dalam jumlah banyak dan dihentikan setelah lele mulai kenyang. Jadwal waktu pemberian pakan pada pembesaran lele secara intensif yaitu pada pagi jam 08.00, siang jam 13.00, sore jam 17.00 dan malam jam 21.00 WIB.

Pengelolaan Air Di Kolam Terpal

Kegiatan pengelolaan air di kolam terpal sama dengan di kolam semen. Secara berkala 2-3 minggu sekali dilakukan penggantian air kolam. Tujuannya untuk membuang sisa-sisa pakan, kotoran dan amoniak yang menumpuk di dasar kolam karena menjadi sumber penyakit. Penggantian air kolam juga dilakukan bila kualitas airnya sudah menurun. Cirinya bau air kolam mulai menyengat, warna air kolam berubah menjadi hitam dan tingkat kekeruhan yang berlebihan. Disamping itu, aktivitas ikan juga menjadi berubah, mulai dari kurangnya nafsu makan hingga berhenti makan.

Panen

Panen dilakukan setelah lele mencapai ukuran konsumsi yaitu 8-12 ekor/kg. Hentikan pemberian pakan 24 jam sebelum dilakukan pemanenan. Tujuannya agar lele tidak mengeluarkan kotoran saat diangkut.


Read more ...

Monday, July 23, 2018

Teknik Pembesaran Lele Secara Intensif Di Lahan Sempit


Berikut adalah kegiatan-kegiatan dalam pembesaran lele secara intensif:


Persiapan Kolam Pembesaran

  1. Pengeringan dasar kolam. Tujuannya untuk membasmi hama dan penyakit, menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun serta untuk mengistirahatkan lahan.
  2. Pengolahan tanah dasar kolam. Caranya tanah dibalik menggunakan cangkul.
  3. Pengapuran kolam. Tujuannya untuk membunuh hama, parasit dan penyakit ikan. Pengapuran juga bertujuan untuk menaikkan pH tanah. Jenis kapur yang digunakan yaitu kapur pertanian atau dolomit dengan dosis 60-200 gram/m2.
  4. Pemupukan kolam. Tujuannya untuk menumbuhkan dan menyediakan pakan alami untuk benih lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam/puyuh) dengan dosis 250-500 gram/m2.
  5. Pengisian air kolam. Menggunakan pompa diesel air. Pengisian air kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 50 cm dari dasar kolam dan dibiarkan 5-7 hari agar ditumbuhi pakan alami. Ketinggian air kolam dinaikkan seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat lele hingga ketinggian air 120 cm.


Penebaran Benih

Benih lele yang akan ditebarkan di kolam pembesaran ukurannya harus seragam dan sehat, karena lele bersifat kanibal. Ukuran benih lele minimal 5-6 cm/ekor. Penebaran benih lele dilakukan secara hati-hati agar lele tidak stres. Waktu yang tepat untuk menebarkan benih lele, yaitu pada pagi atau sore hari karena suhunya tidak terlalu panas. Padat penebaran benih lele di kolam yaitu antara 150-400 ekor/m3 air.

Pemberian Pakan

Pakan awal benih lele di kolam yaitu pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%. Selanjutnya lele diberi pakan pelet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein minimal 38%. Setelah ukuran benih lele agak besar sampai panen, pemberian paka dilanjutkan berupa pelet berbentuk butiran dengan kandungan protein minimal 31%. Metode pemberian pakan pada pembesaran lele secara intensif yaitu metode ad-libithium. Pemberian pakan yang diberikan secara bertahap dalam jumlah banyak dan dihentikan setelah lele mulai kenyang. Jadwal waktu pemberian pakan pada pembesaran lele secara intensif yaitu pada pagi jam 08.00, siang jam 13.00, sore jam 17.00 dan malam jam 21.00 WIB.

Pengelolaan Air

Pada pembesaran lele secara intensif dengan padat penebaran yang tinggi, maka secara berkala 2-3 minggu sekali dilakukan penggantian air kolam. Tujuannya untuk membuang sisa-sisa pakan, kotoran dan amoniak yang menumpuk di dasar kolam karena menjadi sumber penyakit. Penggantian air kolam juga dilakukan bila kualitas airnya sudah menurun. Cirinya bau air kolam mulai menyengat, warna air kolam berubah menjadi hitam dan tingkat kekeruhan yang berlebihan. Disamping itu, aktivitas ikan juga menjadi berubah, mulai dari kurangnya nafsu makan hingga berhenti makan.

Pemanenan

Panen dilakukan setelah lele mencapai ukuran konsumsi yaitu 8-12 ekor/kg. Hentikan pemberian pakan 24 jam sebelum dilakukan pemanenan. Tujuannya agar lele tidak mengeluarkan kotoran saat diangkut.


Cara Panen Lele Konsumsi

  1. Cabut pipa paralon yang menghubungkan saluran pembuangan;
  2. Hentikan pengurasan kolam jika ketinggian air telah mencapai 20-30 cm;
  3. Ambil lele menggunkan seser;
  4. Masukkan lele kedalam ember krak. Selanjutnya masukkan lele kedalam karung;
  5. Angkut lele yang ada didalam karung, kemudian masukkan lele ke hapa atau tempat penampungan sementara;
  6. Ambil lele di hapa dengan menggunakan seser. Selanjutnya letakkan lele di bak sortir;
  7. Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan, yaitu 8-12 ekor/kg;
  8. Lele hasil penyortiran dimasukkan kedalam karung kemudian ditimbang;
  9. Terakhir, lele dimasukkan ke wadah pengangkutan.

Untuk lebih jelasnya bisa lihat video dibawah ini. 



Read more ...
Designed By Ayo Bertanam